KISAH NABI TAKLUKKAN SYAM PERTAMA KALI
AL-WAQIDI dalam bukunya berjudul ''The Islamic Conquest of Syria'' menjelaskan, Syam yang kini meliputi Suriah adalah rumah bagi kebanyakan Rasul dibanding dengan negeri-negeri lain. Suriah sudah banyak menghasilkan pendekar-pendekar hebat ( Nurrudin Zanki ). Cerita tentang kehebatan tentara Syam pun tak mengherankan.
Nubuwat Rasulullah SAW menegaskan, seperti diriwayatkan Abdullah bin Hawalah al-Azdi bahwa ada tiga militer yang kuat, yakni Syam, Yaman, dan Irak.
Dari ketiga kekuatan militer tersebut, Rasulullah memilih Syam. Syam adalah tanah terpilih, pasukannya pun terdiri atasorang-orang pilihan. "Maka, sesungguhnya Allah memercayakan kepadaku Syam dan warganya."
Barangkali, inilah yang menjadi alasan mengapa Suriah menjadi benteng perlawanan yang tersisa dalam mempertahankan kemuliaan Syam, Masjid al-Aqsa, adalah jantungnya. Suriah, dalam sorotan Ensiklopedi Islam (1993) sejak negara Israel berdiri (1948) bersama negara-negara Arab aktif melawan Israel dalam beberapa kali perang, yakni pada 1948, 1967, dan 1973.
Dalam perang 1967, dataran tinggi Goland Israel. Lewat jalur diplomatik, Suriah aktif mengambil bagian untuk membebaskan tanah Arab dari kekuasaan Israel dan mendirikan negara merdeka bagi bangsa Palestina di tanah Palestina.
Suriah merupakan kawasan yang memiliki posisi penting di hati Rasulullah SAW. Inilah, mengapa, ungkap Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Civilization, mengungkapkan penaklukan wilayah ini berlangsung selama Rasul masih hidup pada 629 M, antara lain, melalui Perang Mu'tah.
Pembebasan Suriah dan Damaskus sesungguhnya tidak terlepas dari ambisi Romawi untuk merampas wilayah Islam sekaligus karena kekejaman orang-orang Kaisar Heraklius. Di antara kekejamannya adalah penangkapan dan pembunuhan terhadap utusan Rasulullah.
Perang Mu'tah adalah perang pertama antara Islam dan Romawi. Perang ini memiliki nilai sangat strategis dan politis bagi umat Islam dan Bangsa Arab karena untuk kali pertama dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya.
Perang ini merupakan pintu gerbang menuju penaklukan ke negeri Kristen. Mu'tah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina yang pada masa itu, termasuk wilayah Syam atau Suriah.
Perang Mu'tah bermula dari pembunuhan utusan yang dikirim Rasulullah kepada penguasa Bushra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap dan dibawa ke hadapan kaisar kemudian kepalanya dipenggal. Tindakan ini merupakan suatu pelecehan sekaligus pelanggaran berat karena menyalahi aturan politik Internasional. Selain itu, 15 orang sahabat Rasulullah juga dibunuh di Dzat Talh.
Rasulullah kemudian mempersiapan pasukan yang terdiri atas 3.000 prajurit untuk menghadapi kekuatan Romawi yang berjumlah 200 ribu orang. Kepada pasukannya, Rasulullah berpesan "Berperanglah kalian atas nama Allah, di jalan Allah, melawan orang-orang yang mengingkari Allah."
Jangan berkhianat; jangan mencincang; jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang yang sudah tua renta, orang yang menyendiri di biara Nasrani; jangan menebang pohon kurma dan pohon apa pun; dan jangan merobohkan bangunan. Rasulullah pun menegaskan puncak dari agama adalah Jihad.
Dalam peperangan tersebut, pasukan Muslim yang dipimpin panglima Khalid bin Walid mampu mengalahkan pasukan Bizantium. Sejak itulah, Suriah bagian selatan menjadi bagian dari wilayah Islam. Sedangkan, pembebasan Damaskus sesungguhnya baru dimulai pada 634 M di bawah perintah Khalifah Abu Bakar As Sidiq dan Umar Bin Khattab. Pada masa ini, Islamisasi wilayah Suriah mencapai puncaknya.
Setelah Damaskus menyerah kepada Islam, keamanan nyawa, harta, dan gereja penduduk Damaskus dijamin oleh penguasa baru tersebut dengan syarat mereka mau membayar pajak (jizyah). Setelah itu, kaisar Heraklius dari Bizantium sempat melakukan serangan balik yang membuat kaum Muslimin mundur dari Yerussalem dan Damaskus untuk beberapa saat.
Nubuwat Rasulullah SAW menegaskan, seperti diriwayatkan Abdullah bin Hawalah al-Azdi bahwa ada tiga militer yang kuat, yakni Syam, Yaman, dan Irak.
Dari ketiga kekuatan militer tersebut, Rasulullah memilih Syam. Syam adalah tanah terpilih, pasukannya pun terdiri atasorang-orang pilihan. "Maka, sesungguhnya Allah memercayakan kepadaku Syam dan warganya."
Barangkali, inilah yang menjadi alasan mengapa Suriah menjadi benteng perlawanan yang tersisa dalam mempertahankan kemuliaan Syam, Masjid al-Aqsa, adalah jantungnya. Suriah, dalam sorotan Ensiklopedi Islam (1993) sejak negara Israel berdiri (1948) bersama negara-negara Arab aktif melawan Israel dalam beberapa kali perang, yakni pada 1948, 1967, dan 1973.
Dalam perang 1967, dataran tinggi Goland Israel. Lewat jalur diplomatik, Suriah aktif mengambil bagian untuk membebaskan tanah Arab dari kekuasaan Israel dan mendirikan negara merdeka bagi bangsa Palestina di tanah Palestina.
Suriah merupakan kawasan yang memiliki posisi penting di hati Rasulullah SAW. Inilah, mengapa, ungkap Muhammad Syafii Antonio dalam bukunya yang berjudul Encyclopedia of Islamic Civilization, mengungkapkan penaklukan wilayah ini berlangsung selama Rasul masih hidup pada 629 M, antara lain, melalui Perang Mu'tah.
Pembebasan Suriah dan Damaskus sesungguhnya tidak terlepas dari ambisi Romawi untuk merampas wilayah Islam sekaligus karena kekejaman orang-orang Kaisar Heraklius. Di antara kekejamannya adalah penangkapan dan pembunuhan terhadap utusan Rasulullah.
Perang Mu'tah adalah perang pertama antara Islam dan Romawi. Perang ini memiliki nilai sangat strategis dan politis bagi umat Islam dan Bangsa Arab karena untuk kali pertama dalam sejarah suku-suku Arab berhadapan dengan negara adidaya.
Perang ini merupakan pintu gerbang menuju penaklukan ke negeri Kristen. Mu'tah merupakan sebuah daerah di dekat Palestina yang pada masa itu, termasuk wilayah Syam atau Suriah.
Perang Mu'tah bermula dari pembunuhan utusan yang dikirim Rasulullah kepada penguasa Bushra. Di tengah perjalanan, utusan itu ditangkap dan dibawa ke hadapan kaisar kemudian kepalanya dipenggal. Tindakan ini merupakan suatu pelecehan sekaligus pelanggaran berat karena menyalahi aturan politik Internasional. Selain itu, 15 orang sahabat Rasulullah juga dibunuh di Dzat Talh.
Rasulullah kemudian mempersiapan pasukan yang terdiri atas 3.000 prajurit untuk menghadapi kekuatan Romawi yang berjumlah 200 ribu orang. Kepada pasukannya, Rasulullah berpesan "Berperanglah kalian atas nama Allah, di jalan Allah, melawan orang-orang yang mengingkari Allah."
Jangan berkhianat; jangan mencincang; jangan membunuh anak-anak, perempuan, orang yang sudah tua renta, orang yang menyendiri di biara Nasrani; jangan menebang pohon kurma dan pohon apa pun; dan jangan merobohkan bangunan. Rasulullah pun menegaskan puncak dari agama adalah Jihad.
Dalam peperangan tersebut, pasukan Muslim yang dipimpin panglima Khalid bin Walid mampu mengalahkan pasukan Bizantium. Sejak itulah, Suriah bagian selatan menjadi bagian dari wilayah Islam. Sedangkan, pembebasan Damaskus sesungguhnya baru dimulai pada 634 M di bawah perintah Khalifah Abu Bakar As Sidiq dan Umar Bin Khattab. Pada masa ini, Islamisasi wilayah Suriah mencapai puncaknya.
Setelah Damaskus menyerah kepada Islam, keamanan nyawa, harta, dan gereja penduduk Damaskus dijamin oleh penguasa baru tersebut dengan syarat mereka mau membayar pajak (jizyah). Setelah itu, kaisar Heraklius dari Bizantium sempat melakukan serangan balik yang membuat kaum Muslimin mundur dari Yerussalem dan Damaskus untuk beberapa saat.