SYAHADAT ( LA ILAAHA ILLALLAH )
Kalimat La ilaaha illallah mengandung dua rukun.
Pertama : ( La ilaaha ), yaitu penafian segala sesuatu yang diibadahi dengan sebenarnya selain Allah SWT.
Kedua : ( illallah ) : penetapan bahwa Allah-lah yang berhak untuk diibadahi dengan sebenar-benarnya.
Allah SWT berfirman : ''Dan ingatlah ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya [ 1353 ] dan kaumnya: ''Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, Tetapi ( aku menyembah ) Tuhan yang menjadikanku; karena Sesungguhnya dia akan memberi hidayah kepadaku''. ( Q.S az-Zukhruf 26-27).
Maka tidak cukup beribadah kepada Allah, tetapi hendaklah ibadah tersebut hanya ditujukan pada Allah SWT semata. Tauhid tidaklah sah melainkan dengan menggabungkan antara pengesaan Allah dengan tauhid dan berlepas diri dari tauhid dan pelakunya.
Diriwayatkan dalam sebuah atsar ( riwayat ) bahwa kunci surga adalah ( la ilaha illallah ), akan tetapi apakah setiap orang yang mengucapkannya berhak dibukakan pintu surga untuknya?
Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabbih rahima kumulah: ''Bukankah ( La ilaha illallah ) itu kunci pintu surga? Beliau menjawab:''Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci anda tak bergerigi, maka tidak akan dibukakan untukmu.''
Banyak hadits Rasulullah SAW yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda beliau SAW: ''Siapa saja mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas'',''dengan hati yang yakin'', ''dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya'' dan ungkapan lain, dimana hadits-hadits tersebut, mengaitkan masuknya surga dengan mengetahui makna la ilaha illallah, tetap teguh kepadanya sampai ajal datang, tunduk dan patuh terhadap maksudnya, dan lain-lain.
Berdasarkan dalil-dalil, para ulama mengambil kesimpulan tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi, dalam kondisi terhindar dari segala faktor penghalang, sehingga kalimat la ilaha illallah menjadi kunci pembuka pintu surga, dan berguna bagi orang yang mengucapkannya.
Dan Syarat-Syarat Itu Adalah Gerigi Kunci Tersebut, Yaitu
Pertama : ( La ilaaha ), yaitu penafian segala sesuatu yang diibadahi dengan sebenarnya selain Allah SWT.
Kedua : ( illallah ) : penetapan bahwa Allah-lah yang berhak untuk diibadahi dengan sebenar-benarnya.
Allah SWT berfirman : ''Dan ingatlah ketika Ibrahim Berkata kepada bapaknya [ 1353 ] dan kaumnya: ''Sesungguhnya Aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah, Tetapi ( aku menyembah ) Tuhan yang menjadikanku; karena Sesungguhnya dia akan memberi hidayah kepadaku''. ( Q.S az-Zukhruf 26-27).
Maka tidak cukup beribadah kepada Allah, tetapi hendaklah ibadah tersebut hanya ditujukan pada Allah SWT semata. Tauhid tidaklah sah melainkan dengan menggabungkan antara pengesaan Allah dengan tauhid dan berlepas diri dari tauhid dan pelakunya.
Diriwayatkan dalam sebuah atsar ( riwayat ) bahwa kunci surga adalah ( la ilaha illallah ), akan tetapi apakah setiap orang yang mengucapkannya berhak dibukakan pintu surga untuknya?
Seseorang bertanya kepada Wahb bin Munabbih rahima kumulah: ''Bukankah ( La ilaha illallah ) itu kunci pintu surga? Beliau menjawab:''Ya, tetapi setiap kunci mempunyai gerigi, jika anda membawa kunci yang bergerigi, maka pintu surga dibukakan untukmu, tetapi jika kunci anda tak bergerigi, maka tidak akan dibukakan untukmu.''
Banyak hadits Rasulullah SAW yang menerangkan tentang gerigi kunci ini, seperti sabda beliau SAW: ''Siapa saja mengucapkan la ilaha illallah dengan ikhlas'',''dengan hati yang yakin'', ''dia benar-benar mengucapkannya dari lubuk hatinya'' dan ungkapan lain, dimana hadits-hadits tersebut, mengaitkan masuknya surga dengan mengetahui makna la ilaha illallah, tetap teguh kepadanya sampai ajal datang, tunduk dan patuh terhadap maksudnya, dan lain-lain.
Berdasarkan dalil-dalil, para ulama mengambil kesimpulan tentang syarat-syarat yang mesti dipenuhi, dalam kondisi terhindar dari segala faktor penghalang, sehingga kalimat la ilaha illallah menjadi kunci pembuka pintu surga, dan berguna bagi orang yang mengucapkannya.
Dan Syarat-Syarat Itu Adalah Gerigi Kunci Tersebut, Yaitu
- Ilmu ( pengetahuan ) Karena setiap kalimat memiliki makna, maka anda wajib mengetahui makna La ilaha illallah dengan pengetahuan yang bertentangan dengan sifat ketidak-tahuan, yaitu: menafikan / meniadakan sifat ketuhanan dari selain Allah SWT lalu menetapkannya untuk Allah aja wajala semata, artinya: tidak ada yang berhak disembah / diberikan ibadah kecuali Allah. Allah SWT berfirman: ''Kecuali orang yang mengakui yang hak ( tauhid ) dan mereka mengetahui ( nya )''. ( Az-Zukhruf: 86 ). Rasulullah SAW bersabda : ''Siapa saja meninggal dunia, sementara dia mengetahui bahwa tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah, pasti masuk surga. ( H.R Muslim ).
- Yakin Yaitu benar-benar meyakini akan maksudnya, karena kalimat ini sama sekali tidak menerima keraguan, prasangka, dan kebimbangan, akan tetapi wajib bertopang kepada keyakinan yang pasti dan kuat. Allah berfirman menyebutkan sifat-sifat orang mukmin: Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar'' ( Q.S Al-Hujurat: 15 ). Tidak cukup sekedar mengucapkannya saja, akan tetapi harus dengan keyakinan hati. Jikalau tidak demikian maka itu merupakan nifaq murni. Rasulullah SAW bersabda: ''Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan aku adalah utusan Allah, tidak seorang hamba pun bertemu dengan Allah dengan membawa dua kalimat syahadat ini tanpa ada keraguan di dalamnya, kecuali dia masuk surga.'' ( H.R Muslim ).
- Menerima Apabila anda telah mengetahui dan meyakini, maka sepatutnya pengetahuan yang berkeyakinan ini memiliki pengaruh, yaitu: menerima setiap apa yang dituntut oleh kalimat ini dengan hati dan lidah. Jadi siapa saja menolak panggilan tauhid, dan tidak menerimanya, maka dia itu kafir, baik penolakan itu disebabkan oleh kesombongan, keras kepala, atau kedengkian. Allah SWT berfirman tentang orang kafir yang menolak kalimat ini dengan sombong: ''Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ''Laa ilaaha illallah'' ( Tiada lah yang berhak disembah melainkan Allah ) mereka menyombongkan diri''. ( Q.S As-Shaaffaat : 35 ).
- Tunduk dan patuh Tauhid membutuhkan ketundukan yang sempurna. Ini merupakan pembuktian dan bentuk pengamalan dari keimanan. Hal ini terwujud dengan mengamalkan apa yang telah Allah syari'atkan dan meninggalkan apa yang Dia larang, sebagaimana firman Allah SWT : ''Dan barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan'' ( Luqman: 22 ) Inilah ketaatan yang sempurna.
- Kejujuran Dalam mengucapkannya, kejujuran yang menghapus kedustaan; karena siapa saja mengatakannya dengan lidahnya saja, sedangkan hatinya mendustai kalimat itu maka dia munafik. Dasarnya adalah firman Allah SWT yang mencela orang-orang munafik : ''Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya'' ( Q.S Ali Imran: 167 ).
- Kecintaan Seorang mukmin mencintai kalimat ini, dan senang mengamalkan sesuai dengan tuntutannya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkannya. Bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabbinya yaitu mendahulukan kecintaan Allah SWT meskipun bertentangan dengan hawa nafsunya, loyal terhadap orang yang cinta Allah dan rasul-Nya, memusuhi orang yang memusuhi-Nya, dan mengikuti rasul-Nya, serta menuruti jejak langkahnya dan menerima petunjuknya.
- Ikhlas Tiada yang ia inginkan dari mengucapkan kalimat ini kecuali Allah SWT semata, Allah SWT berfirman: ''Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ( menjalankan ) agama yang lurus'' ( Q.S Al-Bayyinah:5). Meskipun syarat-syarat di atas sudah terpenuhi, namun harus tetap berpegang teguh dan konsisten di atas kalimat la ilaha illallah sampai ajal tiba.
- INSYAALLAH MASUK SURGA.