KEBERADAAN RUMAH ABU JAHAL
Abu Jahal adalah salah satu pemuka Quraish yang sangat anti-Islam pada masa kerasulan Muhammad. Dia bersama Istrinya, Ummu Jamil, kerap menebarkan teror kepada Muhammad dan pengikutnnya pada Periode Mekkah ( 610-623 M ). Berbagai kelakuan keji tiada henti dilakukan Abu Jahal beserta keluarganya terhadap Nabi Muhammad.
Abu Jahal pernah melempari Nabi Muhammad saat sedang shalat dengan kotoran hewan. Sedangkan istrinya rutin meletakkan najis di depan rumah Nabi. Tapi Nabi Muhammad tak menaruh dendam dan tak pernah berusaha membalasnya.
Sebagaimana Nabi Muhammad, Abu Jahal adalah keturunan suku Quraish sekaligus penduduk asli (asoe lhok) Kota Mekkah. Abu Jahal adalah tetangga Nabi Muhammad dan rumahnya tak seberapa jauh dari Kakbah, kira-kira berjarak 1 km.
Kini, bekas tanah rumah Abu Jahal sudah menjadi bagian dari kompleks Masjidil Haram. Bekas rumahnya telah dijadikan sebagai WC umum (toilet) untuk jamaah masjid. WC umum ini terletak sekitar 200 meter dari pintu ke luar sa’i (mas’a), tepatnya di pintu ke luar dari Marwah.
Penasaran dengan rumah Abu Jahal, saya berusaha mencari tahu (melacak) letaknya seusai melakukan ibadah umrah. “Itu di depan sana letak bekas rumah Abu Jahal. Sekarang sudah menjadi toilet umum,” jawab petugas jaga pintu dalam bahasa Arab.
Dari pintu Marwah terlihat sebuah bangunan di atas tanah berbukit. Dari dekat akan terlihat bacaan toilet dalam bahasa Arab dan Inggris. Toilet yang dilengkapi puluhan keran air untuk berwudhuk ini diperuntukkan bagi jamaah masjid.
Sebagaimana jamaah yang lain, saya ikut menggunakan toilet ini untuk buang hajat yang dilanjutkan dengan berwudhuk. Toilet ini cukup bersih. Petugas kebersihan tiada henti mengepel lantai. Persediaan air sangat memadai, bahkan tersedia air hangat di setiap keran WC.
Bangunan toilet ini lumayan besar. Puluhan pintu WC berjejer. Begitu juga keran air untuk berwudhuk. Diperkirakan tanahnya berukuran sekitar 100 x 40 meter persegi. Ini makin memperkuat dugaan bahwa Abu Jahal adalah orang kaya dan tokoh penting pada masanya.
Selain rumahnya berdekatan dengan Kakbah, tanahnya juga tergolong luas. Di bangunan toilet itu tidak ada tulisan “Ini bekas rumah Abu Jahal”. Tapi bagi kita yang penasaran dengan rumah Abu Jahal, tinggal tanyakan saja pada petugas masjid yang berbangsa Arab. Mereka sudah mengetahuhinya secara turun-temurun dan dengan sukarela menunjukkan letak rumah konco Abu Lahab ini.
Meski bekas rumah Abu Jahal kini sudah menjadi bagian dari Masjidil Haram, tapi dia tetap tidak mendapat imbalan pahala wakaf. Ini tak lain karena Abu Jahal adalah musuh Islam dan tak sempat masuk Islam (tobat) sebelum meninggal. Inilah bedanya Abu Jahal dengan Abu Sufyan, sang Komandan Quraish Mekkah, tapi akhirnya masuk Islam pada saat Nabi Muhammad membebaskan Mekkah pada tahun 8 setelah Hijrah.
Abu Jahal pernah melempari Nabi Muhammad saat sedang shalat dengan kotoran hewan. Sedangkan istrinya rutin meletakkan najis di depan rumah Nabi. Tapi Nabi Muhammad tak menaruh dendam dan tak pernah berusaha membalasnya.
Sebagaimana Nabi Muhammad, Abu Jahal adalah keturunan suku Quraish sekaligus penduduk asli (asoe lhok) Kota Mekkah. Abu Jahal adalah tetangga Nabi Muhammad dan rumahnya tak seberapa jauh dari Kakbah, kira-kira berjarak 1 km.
Kini, bekas tanah rumah Abu Jahal sudah menjadi bagian dari kompleks Masjidil Haram. Bekas rumahnya telah dijadikan sebagai WC umum (toilet) untuk jamaah masjid. WC umum ini terletak sekitar 200 meter dari pintu ke luar sa’i (mas’a), tepatnya di pintu ke luar dari Marwah.
Penasaran dengan rumah Abu Jahal, saya berusaha mencari tahu (melacak) letaknya seusai melakukan ibadah umrah. “Itu di depan sana letak bekas rumah Abu Jahal. Sekarang sudah menjadi toilet umum,” jawab petugas jaga pintu dalam bahasa Arab.
Dari pintu Marwah terlihat sebuah bangunan di atas tanah berbukit. Dari dekat akan terlihat bacaan toilet dalam bahasa Arab dan Inggris. Toilet yang dilengkapi puluhan keran air untuk berwudhuk ini diperuntukkan bagi jamaah masjid.
Sebagaimana jamaah yang lain, saya ikut menggunakan toilet ini untuk buang hajat yang dilanjutkan dengan berwudhuk. Toilet ini cukup bersih. Petugas kebersihan tiada henti mengepel lantai. Persediaan air sangat memadai, bahkan tersedia air hangat di setiap keran WC.
Bangunan toilet ini lumayan besar. Puluhan pintu WC berjejer. Begitu juga keran air untuk berwudhuk. Diperkirakan tanahnya berukuran sekitar 100 x 40 meter persegi. Ini makin memperkuat dugaan bahwa Abu Jahal adalah orang kaya dan tokoh penting pada masanya.
Selain rumahnya berdekatan dengan Kakbah, tanahnya juga tergolong luas. Di bangunan toilet itu tidak ada tulisan “Ini bekas rumah Abu Jahal”. Tapi bagi kita yang penasaran dengan rumah Abu Jahal, tinggal tanyakan saja pada petugas masjid yang berbangsa Arab. Mereka sudah mengetahuhinya secara turun-temurun dan dengan sukarela menunjukkan letak rumah konco Abu Lahab ini.
Meski bekas rumah Abu Jahal kini sudah menjadi bagian dari Masjidil Haram, tapi dia tetap tidak mendapat imbalan pahala wakaf. Ini tak lain karena Abu Jahal adalah musuh Islam dan tak sempat masuk Islam (tobat) sebelum meninggal. Inilah bedanya Abu Jahal dengan Abu Sufyan, sang Komandan Quraish Mekkah, tapi akhirnya masuk Islam pada saat Nabi Muhammad membebaskan Mekkah pada tahun 8 setelah Hijrah.