KISAH SIGUNG NAKAL
Siang itu ketika para binatang sedang bermain dengan riang, tiba-tiba suasana menjadi tidak enak saat sigung datang dan mengeluarkan gas berbau busuk. Semua binatang pun lari sambil menutup hidung mereka. Sigung tertawa senang berhasil membuat kacau.
Apa yang kamu lakukan itu sama sekali tidak baik.'' Trenggiling berkata dengan suara tenang bukan marah pada sigung.
''Tahu apa kamu! Mereka itu sering mengejekku. Jadi pantas saja kalau mereka merasakan pembalasanku.'' Sigung berkata dengan marah lalu berlari dan meninggalkan trenggiling.
Trenggiling tahu kalau perkataan sigung tentang banyak binatang yang mengejeknya benar. Sigung yang mempunyai bau tak sedap memang tidak disukai binatang lain. Malah mereka sering mengejeknya. Hal itu pula yang membuat sigung kesal dan marah hingga selalu berbuat nakal. Sebenarnya trenggiling merasa kasihan pada sigung tapi dia juga tidak suka dengan kenakalan sigung. Trenggiling berpikir keras bagaimana agar sikap sigung bisa berubah menjadi baik. Maka dikumpulkannya teman-temannya.
''Teman-teman, saya tahu kalian kesal dengan perbuatan sigung. Tapi alangkah baiknya kalau kita tidak mengejek sigung lagi.'' trenggiling berusaha meyakinkan teman-temannya.
''Tapi dia sudah keterlaluan. Dia nakal sekali.'' Kuda tidak terima dan binatang lain mengangguk menyetujui perkataan kuda.
''Ya, sigung memang nakal. Tapi jika terus saja kita ejek dan jauhi maka sigung tetap akan seperti itu malah mungkin dia jadi tambah nakal. Saya ingin sigung berubah dan teman-teman pasti juga ingin begitu. Maka kita harus sama-sama berusaha berteman dan tidak mengejek sigung lagi.''
''Perkataan Trenggiling benar. Selama ini mungkin kita juga salah karena selalu mengejek dan menjauhi sigung.'' Marmut mengerti dengan pemikiran trenggiling. Binatang lain pun mulai memahami. Mereka menjadi malu sendiri karena selama ini selalu menganggap sigung mengesalkan padahal karena merekalah sigung menjadi nakal.
Semenjak pembicaraan itu, para binatang pun tidak lagi menjauhi sigung bahkan mereka tidak mengejeknya lagi. Sigung semula masih berbuat nakal tapi lama kelamaan karena binatang lain menerima dirinya, sigung pun berubah. Dia senang teman-temannya tidak menjauhi dan menghinanya. Sigung yang nakal pun sekarang menjadi sigung baik yang ceria. Saling menghargai dan menerima telah membuat hutan menjadi damai dan riang kembali.
Apa yang kamu lakukan itu sama sekali tidak baik.'' Trenggiling berkata dengan suara tenang bukan marah pada sigung.
''Tahu apa kamu! Mereka itu sering mengejekku. Jadi pantas saja kalau mereka merasakan pembalasanku.'' Sigung berkata dengan marah lalu berlari dan meninggalkan trenggiling.
Trenggiling tahu kalau perkataan sigung tentang banyak binatang yang mengejeknya benar. Sigung yang mempunyai bau tak sedap memang tidak disukai binatang lain. Malah mereka sering mengejeknya. Hal itu pula yang membuat sigung kesal dan marah hingga selalu berbuat nakal. Sebenarnya trenggiling merasa kasihan pada sigung tapi dia juga tidak suka dengan kenakalan sigung. Trenggiling berpikir keras bagaimana agar sikap sigung bisa berubah menjadi baik. Maka dikumpulkannya teman-temannya.
''Teman-teman, saya tahu kalian kesal dengan perbuatan sigung. Tapi alangkah baiknya kalau kita tidak mengejek sigung lagi.'' trenggiling berusaha meyakinkan teman-temannya.
''Tapi dia sudah keterlaluan. Dia nakal sekali.'' Kuda tidak terima dan binatang lain mengangguk menyetujui perkataan kuda.
''Ya, sigung memang nakal. Tapi jika terus saja kita ejek dan jauhi maka sigung tetap akan seperti itu malah mungkin dia jadi tambah nakal. Saya ingin sigung berubah dan teman-teman pasti juga ingin begitu. Maka kita harus sama-sama berusaha berteman dan tidak mengejek sigung lagi.''
''Perkataan Trenggiling benar. Selama ini mungkin kita juga salah karena selalu mengejek dan menjauhi sigung.'' Marmut mengerti dengan pemikiran trenggiling. Binatang lain pun mulai memahami. Mereka menjadi malu sendiri karena selama ini selalu menganggap sigung mengesalkan padahal karena merekalah sigung menjadi nakal.
Semenjak pembicaraan itu, para binatang pun tidak lagi menjauhi sigung bahkan mereka tidak mengejeknya lagi. Sigung semula masih berbuat nakal tapi lama kelamaan karena binatang lain menerima dirinya, sigung pun berubah. Dia senang teman-temannya tidak menjauhi dan menghinanya. Sigung yang nakal pun sekarang menjadi sigung baik yang ceria. Saling menghargai dan menerima telah membuat hutan menjadi damai dan riang kembali.