SYAHIDNYA DI ATAS SAJADAH
Manshur bin Ammar, seorang ulama sufi yang tinggal di daerah Marwa, termasuk wilayah Bashrah, suatu ketika melaksanakan ibadah haji. Dalam perjalanan itu ia singgah dan tinggal di Kufah beberapa waktu lamanya.
Suatu malam ia keluar dari penginapannya dan berjalan menyusuri jalanan yang gelap. Tiba-tiba dari suatu rumah ia mendengar suara seseorang sedang munajat ( berdoa ), ''Ya Rabbi, demi Keagungan dan Kebesaran-Mu, sungguh aku berbuat maksiat itu bukanlah kumaksudkan untuk menentang-Mu, dan bukan juga karena kebodohanku ( akan hukum-hukum syariat-Mu ), tetapi semua itu terjadi karena kesalahanku, karena kelengahanku, karena aku terlalu mengandalkan Kemurahan-Mu akan menolong keadaanku. Ya Rabbi, betapa bodohnya aku telah berbuat maksiat ini, tetapi terimalah hujjahku ( pengakuan dan alasanku ), karena jika tidak, kesedihan yang panjang akan selalu menyiksaku!!''
Ibnu Ammar menunggu beberapa saat lamanya, tetapi tidak terdengar lagi lanjutan munajat itu. Seketika itu ia membaca cukup keras, sekiranya bisa didengar oleh orang yang munajat tersebut, salah satu ayat Al-Qur'an, "Yaa ayyuhalladziina aamanuu, quu 'anfusakumwa ahliikum naaron, wa quuduhannaasu wal hijaaratu, 'alaihaa malaa-ikatun ghilaazhun syidaadun laa ya'shuunallaaha maa amarahum wa yaf'aluuna maa yu'miruun..!!"
Ayat tersebut terdapat pada Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 6, yang artinya adalah : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Allah kepada mereka).
Setelah membaca ayat tersebut, Ibnu Ammar mendengar suara jeritan keras serta seruan yang menggetarkan. Tetapi setelah itu ia tidak mendengar suara apapun, karena itu ia berlalu pergi dan kembali ke penginapannya.
Keesokan harinya Manshur bin Ammar kembali melewati rumah itu, dan ia mendengar suara ratap tangis seorang wanita di dalamnya. Beberapa orang tampak datang melayat/bertakziah karena ada yang meninggal di dalam rumah tersebut. Ia mendengar beberapa percakapan, dan wanita yang sedang menangis itu berkata, "Sesungguhnya putraku ini sedang shalat tahajud (qiyamul lail) tadi malam, setelah selesai bermunajat kepada Allah, tiba-tiba terdengar seseorang di luar rumah yang melantunkan ayat tentang ancaman neraka kepada anakku. Mendengar ayat tersebut anakku langsung kejang dan ia meninggal. Semoga Allah tidak memberikan pahala kepada orang yang melantunkan ayat tersebut!!"
Ibnu Ammar sangat terkejut mendengar perkataan tersebut. Ia segera pulang dan menangis penuh penyesalan, tidak disangkanya kalau ayat yang dilantunkannya itu menyebabkan pemuda, yakni putra sang ibu itu meninggal. Mungkin kalau didiagnosa secara medis sekarang ini bisa dikatakan terkena serangan jantung. Rasa terkejut dan takut yang begitu mendadak sehingga jantung berhenti berdetak. Ia terus menerus bertaubat kepada Allah atas 'kelancangannya' membacakan ayat sehingga menyebabkan kematian orang lain.
Pada malam harinya, Ibnu Ammar bermimpi bertemu dengan seorang pemuda dalam keadaan sebaik-baiknya. Entah kenapa ia mengenali pemuda itu adalah yang meninggal karena lantunan Surat At-Tahrim ayat 6 yang dibacanya. Padahal ia belum pernah bertemu atau mengenal dia sebelumnya, seolah ada bisikan ghaib yang memberitahukan hal itu kepadanya. Ia berkata kepada pemuda itu, "Bagaimana Allah memperlakukan dirimu??"
Pemuda itu berkata, "Allah menganggapku sebagai syuhada' (mati syahid), sebagaimana para syuhada' di Perang Badar!!"
Ibnu Ammar menatap pemuda itu penuh ketakjuban, sekaligus keheranan. Ia berkata, "Bagaimana bisa begitu??"
Pemuda itu berkata, "Para syuhada Perang Badar itu ditebas oleh pedang-pedang orang kafir hingga tewas, sedangkan aku tewas ditebas oleh pedang Allah Yang Maha Pengampun!!"
Segera setelah itu Manshur bin Ammar terbangun, ia tidak lagi bersedih, justru bahagia karena telah menjadi jalan bagi pemuda itu memperoleh derajad syahid di sisi Allah.
Suatu malam ia keluar dari penginapannya dan berjalan menyusuri jalanan yang gelap. Tiba-tiba dari suatu rumah ia mendengar suara seseorang sedang munajat ( berdoa ), ''Ya Rabbi, demi Keagungan dan Kebesaran-Mu, sungguh aku berbuat maksiat itu bukanlah kumaksudkan untuk menentang-Mu, dan bukan juga karena kebodohanku ( akan hukum-hukum syariat-Mu ), tetapi semua itu terjadi karena kesalahanku, karena kelengahanku, karena aku terlalu mengandalkan Kemurahan-Mu akan menolong keadaanku. Ya Rabbi, betapa bodohnya aku telah berbuat maksiat ini, tetapi terimalah hujjahku ( pengakuan dan alasanku ), karena jika tidak, kesedihan yang panjang akan selalu menyiksaku!!''
Ibnu Ammar menunggu beberapa saat lamanya, tetapi tidak terdengar lagi lanjutan munajat itu. Seketika itu ia membaca cukup keras, sekiranya bisa didengar oleh orang yang munajat tersebut, salah satu ayat Al-Qur'an, "Yaa ayyuhalladziina aamanuu, quu 'anfusakumwa ahliikum naaron, wa quuduhannaasu wal hijaaratu, 'alaihaa malaa-ikatun ghilaazhun syidaadun laa ya'shuunallaaha maa amarahum wa yaf'aluuna maa yu'miruun..!!"
Ayat tersebut terdapat pada Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat 6, yang artinya adalah : Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Allah kepada mereka).
Setelah membaca ayat tersebut, Ibnu Ammar mendengar suara jeritan keras serta seruan yang menggetarkan. Tetapi setelah itu ia tidak mendengar suara apapun, karena itu ia berlalu pergi dan kembali ke penginapannya.
Keesokan harinya Manshur bin Ammar kembali melewati rumah itu, dan ia mendengar suara ratap tangis seorang wanita di dalamnya. Beberapa orang tampak datang melayat/bertakziah karena ada yang meninggal di dalam rumah tersebut. Ia mendengar beberapa percakapan, dan wanita yang sedang menangis itu berkata, "Sesungguhnya putraku ini sedang shalat tahajud (qiyamul lail) tadi malam, setelah selesai bermunajat kepada Allah, tiba-tiba terdengar seseorang di luar rumah yang melantunkan ayat tentang ancaman neraka kepada anakku. Mendengar ayat tersebut anakku langsung kejang dan ia meninggal. Semoga Allah tidak memberikan pahala kepada orang yang melantunkan ayat tersebut!!"
Ibnu Ammar sangat terkejut mendengar perkataan tersebut. Ia segera pulang dan menangis penuh penyesalan, tidak disangkanya kalau ayat yang dilantunkannya itu menyebabkan pemuda, yakni putra sang ibu itu meninggal. Mungkin kalau didiagnosa secara medis sekarang ini bisa dikatakan terkena serangan jantung. Rasa terkejut dan takut yang begitu mendadak sehingga jantung berhenti berdetak. Ia terus menerus bertaubat kepada Allah atas 'kelancangannya' membacakan ayat sehingga menyebabkan kematian orang lain.
Pada malam harinya, Ibnu Ammar bermimpi bertemu dengan seorang pemuda dalam keadaan sebaik-baiknya. Entah kenapa ia mengenali pemuda itu adalah yang meninggal karena lantunan Surat At-Tahrim ayat 6 yang dibacanya. Padahal ia belum pernah bertemu atau mengenal dia sebelumnya, seolah ada bisikan ghaib yang memberitahukan hal itu kepadanya. Ia berkata kepada pemuda itu, "Bagaimana Allah memperlakukan dirimu??"
Pemuda itu berkata, "Allah menganggapku sebagai syuhada' (mati syahid), sebagaimana para syuhada' di Perang Badar!!"
Ibnu Ammar menatap pemuda itu penuh ketakjuban, sekaligus keheranan. Ia berkata, "Bagaimana bisa begitu??"
Pemuda itu berkata, "Para syuhada Perang Badar itu ditebas oleh pedang-pedang orang kafir hingga tewas, sedangkan aku tewas ditebas oleh pedang Allah Yang Maha Pengampun!!"
Segera setelah itu Manshur bin Ammar terbangun, ia tidak lagi bersedih, justru bahagia karena telah menjadi jalan bagi pemuda itu memperoleh derajad syahid di sisi Allah.