Blog Iswanda Mengabarkan Seputar Berita Islam, Artis, Manfaat Khasiat dan Lain Sebagainya

DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW

Artikel terkait : DETIK-DETIK WAFATNYA RASULULLAH SAW

Berkata Ibnu Mas'ud: ''Rasulullah saw ketika mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami semua di rumah Siti 'Aisyah. Kami berkumpul, dan beliau memandang memperhatikan kami semua tanpa kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata.

Lalu beliau baru bersabda: ''Selamat datang untuk kalian semua, mudah-mudahan kalian di belas kasihi oleh Allah Ta'ala. Saya berwasiat supaya kalian bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya, karena sungguh sudah dekat perpisahan di antara kita, telah dekat pula waktunya kembali kepada Allah Taala yang menempati Surga-Nya. Kalau sudah datang ajalku, maka supaya Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih.


Ketika kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. Setelah itu kalian keluar sejenak meninggalkan aku. Pertama kali yang menshalati aku adalah Allah Azza Wa Jalla, lalu malaikat Jibril, malaikat Israfil, malaikat Mikail, malaikat Izrail beserta pembantu-pembantunya, kemudian dilanjutkan oleh para malaikat semua.

Sehabis itu kalian masuklah dengan berkelompok-kelompok, dan lakukan shalat untukku. Mendengar itu, seketika para shahabat menjerit histeris, menangis sambil berkata Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami, menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara kami kalau tuan sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua persoalan!

Rasulullah SAW bersabda : ''Sudah aku tinggalkan untuk kalian jalan yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggal dua penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara yakni Al Qur'an, dan yang diam saja ialah kematian Manakala ada persoalan yang sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur'an dan Sunnahku, dan andaikan hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat mati. '' ( Al Hadits ).

Sehabis berwasiat demikian Rasulullah saw jatuh sakit tepat bulan Shafar selama 18 hari. Para shahabat sering menjenguknya. Dan penyakit yang diderita sejak pertama sakit sampai akhir hayatnya hanya pusing kepala.

Rasulullah saw terutus hari Senin, pun pula meninggal pada hari Senin. Tepat hari Senin sakit Rasulullah SAW semakin parah, dan sewaktu adzan shubuh, dia ( Bilal selesai Adzan kemudian berkemas-kemas datang menghampiri pintu Rasulullah SAW seraya meng-ucapkan Salam ).

''ASSALAMU ALAIKUM, YA RASUL!''
Dari dalam Fathimah putri Rasulullah saw menjawab salam Bilal. Kemudian Fathimah berkata kepada dia :
''Rasulullah saw tengah sibuk dengan dirinya.''
Bilal pun kembali ke masjid tanpa memikirkan dan memahami Fathimah. Tatkala shubuh semakin terang ( Rasulullah saw belum jua datang ) kembali bilal menghampiri pintu Rasulullah saw dan mengucapkan salam seperti yang pertama. Rasulullah saw mendengar suara Bilal, ( Bilal dipanggil menghadap ).

Kemudian Rasulullah bersabda:
''Masuklah wahai Bilal: ''Sesungguhnya keadaanku sangat sibuk mengurusi diriku sendiri, di mana penyakitku rasanya semakin bertambah berat. Maka suruhlah Abu Bakar agar ( menjadi imam ) shalat berjama'ah dengan orang-orang yang hadir.' Kemudian keluar seraya menangis dengan telapak tangan diletakkan di atas kepala sambil mengeluh: ''Wahai nasib, susah, sungguh, putus harapan, telah putus hilang sasaran tujuan, andaikan ibuku tidak melahirkan aku ...'. Bilal pun terus memasuki masjid sambil berkata: ''Hai Abu Bakar, sesungguhnya engkau diperintah Rasulullah saw ( menjadi imam ) shalat berjama'ah dengan yang hadir, karena beliau sibuk mengurusi dirinya sendiri yang dalam keadaan sakit.''

Tapi ketika Abu Bakar melihat mihrob masih kosong dengan tidak hadirnya Rasulullah SAW, karena tidak tahan dia langsung menjerit dan pingsan. Spontan ributlah kaum muslimin yang ada, sampai-sampai Rasulullah saw mendengar ribut-ribut itu.

''Ya Fathimah, ada apakah dengan jeritan itu, dan kenapa disana ribut-ribut!''
Fathimah menjawab: ''Keributan itu karena kaum muslimin sendiri, sebab engkau tidak ada'' Maka saat itu Rasulullah saw memanggil Ali dan Fadlal bin Abbas. Kemudian beliau bersandar ( dipapah ) keduanya masuk masjid, lalu shalat bersama-sama mereka 2 rakaat fajar pada hari senin itu. Ba'da shalat kemudian beliau menghadap ke belakang kepada mereka.

Beliau lalu bersabda: ''Wahai kaum muslimin, kalian itu masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah Taala. Untuk itu bertaqwa-lah kepada Allah dan taati Dia, sesungguhnya saya ini akan meninggalkan dunia, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan hari terakhirku di dunia....''

Kemudian beliau bangkit dan pulang ke rumahnya. ( Hadits masih panjang, dan sampai di sini masih shaheh ).

Dari tempat yang ghaib Allah memerintah kepada malaikat pencabut nyawa: ''Engkau turunlah menemui kekasih-Ku dalam bentuk yang paling baik. Lakukan dengan cara halus ketika mencabut ruhnya. Kalau dia memberi izin, masuklah. dan kalau tidak diizinkan, jangan masuk dan pulanglah.''

Malaikat mautpun turun dengan rupa seperti orang badui dari gunung. Depan pintu dia berucap: ''Mudah-mudahan keselamatan terlimpah untuk kalian wahai penghuni rumah Kenabian dan rumah sumber Risalah, apakah saya diperbolehkan masuk?'' ( Sampai di sini hadits masih shaheh ).

''Wahai hamba Allah.'' jawab Fathimah. ''Sesungguhnya Rasulullah sedang sibuk karena penderitaan sakitnya.'' Tapi malaikat maut itu kemudian mengulangi salamnya ( seperti salam yang pertama khusus kepada Rasulullah ): ''Mudah-mudahan keselamatan terlimpahkan untuk kamu wahai Rasulullah, dan juga untuk penghuni rumah Kenabian.''

Rasulullah mendengar suara malaikat maut ini kemudian bersabda ( kepada Fathimah ): ''Wahai Fathimah siapa orang yang ada di pintu!'' Orang badui Ya Rasul'', jawab Fathimah.

''Dia memanggil-manggil dan sudah aku terangkan bahwa Rasulullah SAW sedang sakit, : tapi kemudian dia memanggil ketiga kalinya. Dia memandang tajam padaku sampai gemetar tubuhku, takut hatiku, dan tulang sendiku terasa bergetar seakan-akan satu sama lain mau lepas. Wajahku menjadi pucat.''

Rasulullah saw bersabda: ''Fathimah, tahukah engkau siapa dia?''
''Tidak tahu'', jawab Fathimah.

Kemudian Rasulullah saw bersabda: ''Dia itu malaikat maut yang memusnahkan semua kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan, dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan.'' ( Hadits Shaheh ).

Malaikat itupun masuk seraya mengucapkan salam: ''Assalaamu' alaika, Ya Rasul! Rasulullah saw menjawab: ''Waalaikassallaam wahai malaikat maut ..., engkau datang untuk berkunjung atau untuk mencabut nyawa!''

''Saya datang untuk berkunjung dan juga mencabut nyawa'', Jawab malaikat maut.''Itu kalau tuan mengizinkan, kalau tidak, saya akan kembali pulang.''

Sabda Rasulullah saw: ''Sekarang sudah puas hatiku dan hilang pula kesusahanku.''

Selanjutnya Beliau bersabda: ''Wahai malaikat maut, mendekatlah kepadaku.''
Malaikat mautpun mendekati Rasulullah saw dan mulailah mencabut ruh beliau hilanglah ruh Rasulullah saw pada hari Senin Rabiul Awal. 

KESIMPULAN  RENUNGAN  KEMATIAN

Hidup dan mati adalah dua kata yang saling bertetanggaan selamanya, karena setiap yang hidup berakhir dengan kematian kecuali dia yang maha hidup, kematian dalam arti batas kehidupan dunia disebut dengan ajal. Sesuai dengan namanya, ''ajal'' tidak bisa dimajukan atau dimundurkan meskipun sesaat, kepastian Allah yang satu ini mesti diyakini sepenuh hati, dengan cara menyiapkan bekal menuju episode kehidupan setelah kehidupan di dunia ini.

Betapa dahsaytnya adzab Allah yang menimpa seorang pendosa yang belum terampuni dosanya, Allah akan mengadili hambanya seadil-adilnya di hari itu semua wajah tertunduk memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Anak tak peduli lagi dengan orang tuanya, guru tak peduli lagi dengan muridnya, mana boss dan bawahan semua sama dihadapan Allah, perbuatanlah sebagai juru selamatnya.

Pertengkaran saling berselisih faham antara yang satu dengan lainnya sudah tidak berguna lagi, karena keputusan Allah sudah ditetapkan seadil-adilnya ( dalil. Al-Quran al-Qaaf: 28-29 ), padahal pada saat di dunia sudah jelas syariat jalan menuju kebenaran.

Sebelum semua terlambat maka bertaubatlah kepada Allah, seberapapun besar dosa yang telah diperbuat hambanya, karena Allah adalah maha kasih dan sayang insyaallah akan diampuni oleh Allah swt.

Sebelum datangnya kematian yang tak bisa diprediksi itu marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan dengan sekuat-kuatnya, dan segeralah melakukan taubat. Allah akan selalu menerima taubat seorang hamba selama nafas ini masih dikandung badan, dan semoga kita semua menemui jalan kematian dengan cara khusnul khatimah.

Dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Umar bin Khathab ( semoga Allah meridhai keduanya ) dari Nabi beliau bersabda: ''Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum berada di kerongkongannya. ( HR. Tirmidzi dan beliau katakan hadits hasan ).

Merugi sekali bagi orang-orang yang diberi kewenangan hidup dan kenikmatan nafas tetapi tidak dipergunakan menempuh jalan kebaikan. Semoga ringkasan ini mempunyai daya gedor terhadap kebiasaan tingkah laku kita sehari-hari.  Amiiin Ya Rabbal Alamin.

Artikel Blog Iswanda Lainnya :

Copyright © 2015 Blog Iswanda | Design by Bamz