Blog Iswanda Mengabarkan Seputar Berita Islam, Artis, Manfaat Khasiat dan Lain Sebagainya

AMALAN AMALAN HATI

Artikel terkait : AMALAN AMALAN HATI

  • Allah menciptakan hati dan menjadikannya sebagai raja dan anggota badan sebagai bala tentaranya. Jika raja baik, maka bala tentara juga ikut baik. Nabi SAW bersabda : ''Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging yang jika baik, akan baiklah seluruh tubuh dan sebaliknya jika rusak, akan rusaklah seluruh tubuh. Ketauhilah sepotong daging itu adalah hati'' (Muttafaq 'Alaihi).
  • Hati adalah tempat berteduhnya iman dan takwa atau kekufuran, nifak dan kesyirikan. Nabi SAW bersabda : ''Takwa berada disini ( beliau mengarahkan ke dadanya sebanyak tiga kali ).  (H.R Muslim).
  • Iman adalah keyakinan, ucapan dan perbuatan. Keyakinan hati dan ucapan lisan. Serta amalan hati dan anggota badan. Hati mengimani dan membenarkan. Sehingga terucaplah kalimat syahadat dari lisan yang kemudian diamalkan oleh hati berupa mahabbah ( rasa cinta ), khauf ( rasa takut ),raja' (rasa harap). Lisan tergerak untuk berdzikir, membaca al-Qur'an. Anggota badan bersujud dan ruku' serta beramal sholeh untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Badan mengikuti hati sehingga tidak ada sesuatu keinginan kuat dalam hati melainkan akan tercermin dalam amalan lahiriah bagaimanapun bentuknya.
  • Yang dimaksud dengan amalan hati adalah segala amalan yang tempatnya adalah di dalam hati dan terkait dengannya. Yang paling agung adalah iman pada Allah SWT sikap membenarkan yang membuahkan ketundukan dan ikrar / pengakuan. Selain itu rasa cinta, takut ,harap, rasa kembali, tawakal, sabar, yakin, khusyu' dan lain sebagainya, dari seorang hamba pada Allah.
  • Sebagaimana hati memiliki tugas / amalan, ada pula lawan darinya yaitu penyakit hati. Lawan dari keikhlasan adalah riya'. Keyakinan lawannya adalah keraguan. Rasa cinta lawannya adalah kebencian... dan seterusnya. Jika kita lalai dari memperbaiki hati, maka dosa-dosa akan bertumpuk sehingga membinasakan hati. Nabi SAW bersabda : ''Jika seorang hamba melakukan sebuah kesalahan, maka akan dituliskan dalam hatinya satu noda hitam. Apabila ia berlepas diri darinya dengan beristighfar dan bertaubat, maka hati akan dibersihkan kembali. Bila ia melakukan kesalahan kembali, akan ditambah noda hitam dalam hatinya. Jika ia masih berbuat dosa lagi, maka akan ditambah lagi noda hitamnya, sehingga bertambah tinggi. Itulah ar-raan yang difirmankan Allah:''Sekali-kali tidak ( demikian ), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mareka''. ( Q.S al-Muthaffifin : 14 )
  • (H.R Tirmidzi) Beliau juga bersabda : ''Ujian dan cobaan itu senantiasa ditampakkan dalam hati seperti tikar sepotong demi sepotong. Hati mana saja yang menerimanya akan di tuliskan titik hitam dan sebaliknya bila hati menolaknya, akan dituliskan titik putih. Sehingga ada dua macam hati. Hati yang putih seperti batu licin. Tidak memudharatkannya cobaan / godaan selama ada langit dan bumi. Sedang hati satunya berwarna keruh, seperti sejenis cangkir jubung yang terbalik, tidak mengenal perkara yang makruf dan tidak pula mengingkari perkara yang mungkar. Ia hanya mengikuti hawa nafsunya.'' (H.R Muslim).
  • Mempelajari lebih mendalam tentang ibadah hati adalah lebih wajib dan lebih penting dari mempelajari amalan anggota badan. Karena hati adalah pangkal sedang anggota badan adalah cabang, penyempurna dan buahnya. Nabi SAW bersabda: ''Sesungguhnya Allah tidak memperhatikan rupa atau harta yang kalian miliki. Tetapi Allah melihat hati dan amalan kalian'' ( H.R Muslim ). Hati adalah tempat bernaungnya ilmu, tadabur dan tafakur. Olah karena itulah perbedaan di antara manusia di sisi Allah adalah bergantung sejauh mana keimanan, keyakinan dan keikhlasan dan lain-lain mengakar di dalam hati. Berkata al-Hasan al-Basri ra :''Demi Allah, Abu Bakar ra tidak mendahului mereka (dalam keutamaan -pent) dengan shalat atau puasa. Akan tetapi dengan keimanan yang terukir dalam hati beliau.''   

AMALAN  HATI  LEBIH  UTAMA  DARI  AMALAN  ANGGOTA  BADAN


DITINJAU  DARI  BEBERAPA  SEGI

  1. Penyimpangan ibadah hati bisa merusak ibadah yang dilakukan anggota badan seperti riya' dalam beramal.
  2. Amalan hati adalah pokok. Lafadz atau gerakan yang dilakukan hati tanpa kesengajaan tidak terhitung sebagai dosa.
  3. Amalan hati adalah salah satu faktor untuk meraih kedudukan yang tinggi di surga seperti zuhud.
  4. Amalan hati adalah lebih berat dan sulit dari amalan anggota badan. Berkata Ibnul Munkadir:Aku berusaha sekuat tenaga untuk ( memperbaiki jiwaku ) selama empat puluh tahun sampai akhirnya menjadi lurus''.
  5. Amalan hati buahnya adalah lebih indah seperti MAHABBAH / cinta pada Allah.
  6. Amalan hati pahalanya lebih besar. Berkata Abu Darda' ra : ''Tafakur sesaat adalah lebih baik dari shalat semalam.''
  7. Amalan hati adalah ibarat motor yang menggerakkan anggota tubuh.
  8. Amalan hati dapat melipatgandakan, mengurangi atau bahkan menghilangkan pahala ibadah, seperti khusyu' dalam shalat.
  9. Amalan hati dapat mengganti ibadah yang dilakukan oleh anggota badan, seperti niat untuk bersedekah padahal tidak memiliki harta.
  10. Pahala amalan hati tiada batas, contohnya adalah sabar.
  11. Pahala yang didapatkan dari amalan hati akan terus meski anggota badan sudah berhenti atau tidak mampu untuk beramal.
  12. Amalan hati adalah sebelum dan di saat anggota badan melakukan amalan. 
TAHAPAN / KEADAAN HATI SEBELUM ANGGOTA BADAN MELAKUKAN AMALAN

  1. Hajis: Yaitu fikiran pertama yang terbenak di dalam hati.
  2. Khatirah : Bila fikiran tadi menetap dalam hati.
  3. Haditsun Nafs : Ragu-ragu, apakah melakukan atau tidak.
  4. Hamm : Ia lebih condong untuk melakukan.
  5. 'Azm : Kuatnya keinginan untuk berbuat.  

Tiga hal yang pertama tidak mendatangkan pahala dalam perkara kebaikan dan sebaliknya tidak mendatangkan dosa dalam hal maksiat. Adapun hamm, maka kebaikan akan mendatangkan pahala dan perkara maksiat tidak ditulis sebagai dosa. Tapi jika berubah menjadi 'azm, maka kebaikan akan mendatangkan pahala dan perkara maksiat terhitung sebagai dosa meski belum dilakukan. Karena keinginan yang diiringi kemampuan menjadi faktor dilakukannya suatu perbuatan.

Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mareka azab yang pedih'' ( An-Nuur : 19 ).

Rasulullah SAW juga bersabda : Jika dua orang Islam bertemu dan saling berbunuh-bunuhan, maka orang yang terbunuh dan yang dibunuh sama-sama masuk neraka. Beliau ditanya : ''Oleh Sahabat ''Wahai Rasulullah SAW orang yang membunuh ( wajar bila masuk neraka ), tapi mengapa orang yang terbunuh ( juga masuk ke dalam neraka?) Beliau menjawab : ''Sesungguhnya ia juga berhasrat ingin membunuh kawannya.'' (H.R Bukhari). cuma dia keduluan di bunuh.

ORANG MENINGGALKAN MAKSIAT SETELAH 'AZM, MAKA ADA EMPAT KEADAAN

  1. Jika ia meninggalkan maksiat karena takut pada Allah, maka ia beroleh pahala.
  2. Meninggalkan maksiat karena takut pada manusia, maka ia berdosa, karena meninggalkan maksiat adalah ibadah, dan harus dilakukan karena Allah.
  3. Jika ia meninggalkan maksiat karena ketidak mampuan tanpa ada usaha untuk melakukan faktor-faktor terjadinya kemaksiatan, maka ia juga berdosa karena keinginan kuatnya tadi.
  4. Meninggalkan maksiat karena tidak mampu padahal ia sudah berusaha melakukan faktor-faktor terjadinya kemaksiatan, maka ia mendapatkan dosa penuh seperti orang yang benar-benar melakukannya, karena keinginan kuat di tambah dengan usaha untuk sampai pada maksiat menjadikan pelakunya seperti orang yang bermaksiat.  

Sebagaimana tersebut pada hadist di atas : Amalan bila disertai dengan hamm, maka akan mendapat hukuman/dosa, baik perbuatan tersebut dilakukan ataupun ditunda. Maka orang yang mengerjakan perbuatan yang haram lalu ia ber'azam untuk mengulanginya kembali kapan saja ia mampu, berarti ia terus berada dalam kemaksiatan dan ia berdosa dengan sebab niat tadi walaupun ia belum melakukan maksiat kembali.

BEBERAPA  AMALAN  HATI  

NIAT : Satu makna dengan keinginan dan maksud. Tidak sah dan tidak diterima suatu amalan tanpa disertai niat. Nabi SAW bersabda : ''Sesungguhnya tiap-tiap amalan itu tergantung pada niatnya dan seseorang hanya akan mendapatkan apa yang ia niatkan.'' ( Muttafaq 'Alaihi ).

''Berkata Ibnul Mubarak ra : ''Bisa jadi amalan kecil menjadi besar dengan sebab niat, dan sebaliknya bisa jadi amalan besar menjadi kecil dengan sebab niat.''

''Berkata al-Fudhail ra : ''Allah hanya menginginkan darimu niat dan keinginanmu. Jika suatu amalan dilakukan karena Allah, maka dinamakan ikhlas, artinya amalan tersebut tidak ada bagian untuk selain Allah. Tapi jika amalan tersebut untuk selain Allah maka dinamakan riya', nifak atau lainnya.

INI UNTUK DI AMALKAN : Seluruh manusia akan binasa kecuali orang-orang yang mengetahui. Orang yang mengetahui juga akan binasa kecuali orang-orang yang beramal. Orang yang beramal juga banyak yang tertipu kecuali orang-orang yang ikhlas. Orang yang ikhlas juga binasa kecuali mereka yang matinya selamat Imannya.

Maka tugas/langkah pertama bagi seorang hamba yang ingin taat pada Allah, hendaklah mempelajari niat lalu memperbaikinya dengan amal setelah memahami hakekat kejujuran dan keikhlasan. Amal tanpa niat hanya menyebabkan keletihan. Niat tanpa ikhlas berarti riya'. Ikhlas tanpa iman ibarat debu.

AMALAN  NIAT  ITU  ADA  TIGA

  1. KEMAKSIATAN : Niat yang baik untuk melakukan maksiat tidak akan merubahnya menjadi ketaatan, bahkan jika diiringi dengan maksud yang jahat akan melipatgandakan dosanya.
  2. MUBAH / PERKARA YANG DIBOLEHKAN : Segala aktivitas yang sifatnya mubah jika diiringi dengan niat ( yang baik ) bisa berubah menjadi amalan kebaikan.
  3. KETAATAN : Sah / diterimanya suatu ketaatan sangat terkait erat dengan niat, begitupula pelipatgandaan pahalanya.

Jika ia berniat riya' akan berbalik menjadi maksiat dan syirik kecil bahkan bisa menjadi syirik besar.

RINCIANNYA  ADA  TIGA  JENIS

  1. Faktor pendorong untuk melakukan ibadah tersebut adalah semata-mata riya' pada manusia pada asalnya, maka yang seperti ini adalah bentuk kesyirikan dan ibadahnya menjadi rusak.
  2. Amalan tersebut pada awalnya karena Allah, lalu dicampuri oleh riya'. Maka jika ibadah tersebut tidak ada kaitannya antara yang terakhir dan yang pertama seperti sedekah, maka yang pertama sah dan yang terakhir tidak. Sebaliknya jika yang terakhir terkait dengan yang pertama seperti shalat, maka dalam hal ini ada dua keadaan yang ( A ) Bila ia berusaha menyingkirkan riya'. Maka riya' tersebut tidak membahayakan amalannya. ( B ) Ia tetap melanjutkan riya', maka ibadahnya tersebut menjadi batal semuanya. 
  3. Riya' terjadi setelah amal dilakukan. Maka ini adalah rasa was-was yang tidak berpengaruh terhadap amalan maupun pelakunya. Selain itu ada pula pintu-pintu riya' yang halus, wajib bagi kita untuk mengetahui dan berhati-hati darinya.        
Adapun jika tujuannya melakukan amal sholeh adalah dunia, maka pahala dan niatnya bergantung pada niatnya.

ADA  TIGA  KEADAAN  DALAM  HAL  INI    

  1. Faktor pendorong untuk beramal sholeh adalah semata-mata dunia semata. Seperti orang yang menjadi imam ( masjid ) hanya untuk mendapatkan gaji, maka ia mendapatkan dosa. Nabi SAW bersabda : ''Barang siapa mempelajari ilmu yang semestinya diniatkan ikhlas untuk Allah SWT namun ia tidak mempelajarinya melainkan hanya untuk mendapatkan bagian dunia, maka ia tidak akan mencium bau sorga kelak di hari Kiamat'' (H.R Abu Dawud).
  2. Ia beramal untuk mendapatkan keridhaan Allah dan juga karena dunia. Maka berarti iman dan ikhlasnya kurang sebagaimana orang yang menunaikan haji untuk berdagang dan sekaligus haji. Maka pahalanya sesuai dengan kadar keikhlasannya.
  3. Ia beramal ikhlas karena Allah, tetapi ia mengambil upah untuk membantunya dalam melanjutkan amalan. Maka pahalanya sempurna, tidak berkurang karena upahnya tersebut. Nabi SAW bersabda :''Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah Kitabullah.'' (H.R Bukhari). 

Ketauhilah Bahwa Mereka Yang Beramal Dan Ikhlas Ada Beberapa Tingkatan

  1. Tingkatan Pertama ( awam ) : yaitu orang yang melakukan ketaatan karena mengharapkan pahala atau takut dari siksa.
  2. Tingkatan Pertengahan ( khawas ) : Orang yang melakukan ketaatan sebagai rasa syukur dan memenuhi perintah Allah.
  3. Tingkatan Tertinggi ( khawas si khawas ) : yaitu orang yang melakukan amalan ketaatan karena rasa cinta dan pengagungan pada Allah. Ini adalah tingkatan para shiddiqin.   

TAUBAH : Wajib untuk selalu dilakukan. Terjatuh dalam lumpur dosa adalah hal yang wajar pada diri manusia. Nabi SAW bersabda : ''Setiap anak Adam adalah bersalah, dan sebaik-baik yang bersalah adalah yang suka bertaubat.'' (H.R Tirmidzi).
Beliau juga bersabda : ''Seandainya kalian tidak berbuat dosa, tentulah Allah akan mengganti kalian dengan satu kaum yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampun, kemudian Allah mengampuni dosa mereka.'' (H.R Muslim).
Mengakhirkan taubat dan terus menerus berada dalam dosa adalah keliru.

Setan ingin memperdaya manusia dengan salah satu dari tujuh rintangan. Jika setan gagal pada satu rintangan, maka ia berpindah pada rintangan berikutnya.

TUJUH  RINTANGAN  TERSEBUT  ADALAH  

  1. Syirik dan kekufuran.
  2. Bid'ah dalam perkara akidah dan tidak mencontoh Nabi SAW dan para sahabat beliau.
  3. Dosa-dosa besar.
  4. Dosa-dosa kecil.
  5. Memperbanyak perbuatan yang mubah / dibolehkan.
  6. Melakukan ketaatan yang kurang keutamaan dan pahalanya dibanding dengan keutamaan yang lain.
  7. Jika masih juga tidak mampu, maka setan mengerahkan setan dari jin dan manusia untuk menguasai (si hamba ) tadi.           
MAKSIAT  ADA  BEBERAPA  MACAM  

  1. DOSA DOSA BESAR : Yaitu perbuatan yang terdapat hadd / hukumannya di dunia, ancaman di akherat, kemurkaan ( Allah ), laknat atau penafian iman. Adapun Dosa Besar : Seperti ( Berzina , Minum-minuman yang memabukkan minum khamar, arak, morfin, ganja, sabu-sabu, Membunuh orang tanpa bersalah, Namimah / fitnah ).
  2. DOSA DOSA KECIL : Yaitu dosa-dosa selain dosa besar : Seperti ( Mata , melihat yang haram , melihat aurat wanita , melihat wanita berpakaian ketat. Mencium , mencium wanita yang bukan muhrimnya saudara tau sendirilah. Mulut , berbicara yang bukan-bukan mengupat , Tangan , memegang wanita yang bukan muhrimnya , memeluk wanita yang bukan muhrimnya , mengambil punya orang  tanpa sepengatahuan orang dan tanpa izin , Berjalan ketempat maksiat , ketempat perkumpulan perjudian , ketempat perkumpulan adu ayam. dan lain lainnya ).     

Ada beberapa sebab yang bisa merubah dosa-dosa kecil menjadi besar, diantaranya yang paling dominan adalah : Terus menerus dalam dosa-dosa kecil.

Berkali-kali melakukannya. - Meremehkannya. - Merasa  bangga. - Terang terangan dalam melakukannya.

Taubat sah dari segala dosa dan tetap terbuka hingga matahari terbit dari arah barat atau di saat ruh sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut. Balasan bagi orang yang bertaubat jika benar taubatnya, yaitu kesalahannya akan diganti dengan kebaikan walaupun banyaknya mencapai puncak langit.  

DITERIMANYA  TAUBAT  ADA  BEBERAPA  SYARATNYA  YAITU  

  1. Berhenti dari perbuatan dosa tersebut.
  2. Menyesali perbuatan dosa yang telah ia lakukan.
  3. Bertekad untuk tidak mengulangi dosa itu di masa mendatang. Jika dosa itu berhubungan dengan hak manusia, maka ia harus mengembalikan kedzaliman yang telah ia ambil pada pemiliknya.      

MANUSIA  DALAM  HAL  TAUBAT  ADA  EMPAT  TINGKATAN  

  1. Orang yang bertaubat dan istiqamah hingga akhir hayatnya. Ia tidak pernah ingin kembali pada dosanya. Melainkan hanya kekhilafan yang tidak terlepas dari manusia. Inilah keistiqamahan dalam taubat. Pelakunya adalah termasuk dalam as-Sabiqul bil khairat ( Mereka yang segera dalam melakukan kebaikan ). Taubat ini dinamakan sebagai taubat nashuha. Jiwa orang tersebut adalah jiwa an-nafsu al-muthmainnah.
  2. Orang yang istiqamah dalam ketaatan yang pokok, tapi ia masih belum bisa berlepas diri dari dosa, bukan karena sengaja, tapi ia melakukannya tanpa ada keinginan bulat. Setiap kali ia terjatuh dalam dosa tersebut, ia mencela dirinya, kemudian menyesal dan bertekad untuk melepaskan diri dari sebab-sebabnya, inilah yang dinamakan an-nafsu al-Lawwamah. 
  3. Ia bertaubat dan istiqamah sekali waktu, kemudian ia dikuasai oleh syahwatnya pada sebagian dosa sehingga ia melakukannya, namun demikian ia selalu melakukan ketaatan dan meninggalkan sejumlah dosa padahal ia mampu melakukannya dan syahwatnya menginginkan, ia dikalahkan oleh satu atau dua syahwat. Jika telah selesai, ia menyesal, tetapi ia menjanjikan pada dirinya untuk bertaubat dari dosa tadi. Inilah yang dinamakan an-nafsu al-mas'ulah. Akibatnya adalah berbahaya karena ia mengakhirkan dan menunda-nunda. Bisa jadi ia meninggal sebelum bertaubat. Sesungguhnya amalan perbuatan itu adalah bergantung pada akhirnya. 
  4. Ia bertaubat dan istiqamah dalam satu waktu, kemudian ia kembali terjerumus dalam dosanya tanpa ada keinginan dalam jiwanya untuk bertaubat dan tanpa ada penyesalan atas perbuatan yang ia lakukan. Inilah yang dinamakan an-nafsu al-ammarah bis suu'. Dikhawatirkan atas orang seperti ini akan mengalami suul khatimah.                      
Ash-Shidq ( benar / jujur ) : Adalah pokok dari seluruh amalan hati.

Lafadz Ash-Shidq Digunakan Dalam Enam Makna

  1. Benar dalam ucapan.
  2. Benar dalam keinginan dan maksud ( ikhlas ).
  3. Benar dalam tekad.
  4. Benar dalam janji.
  5. Benar dalam amalan sehingga lahiriahnya bersesuaian dengan batinnya, seperti khusyu' dalam shalat.
  6. Benar dalam seluruh perkara agama. Inilah derajat yang tertinggi dan termulia. Seperti benar dalam rasa takut, harapan, pengagungan, zuhud, ridha, tawakal, rasa cinta dan seluruh amalan hati lainnya. 

Maka barangsiapa yang memiliki sifat benar dalam segala perkara di atas, maka ia adalah ''siddiq'' ( yang membuktikan ucapan dengan perbuatannya - pent ). Nabi SAW bersabda :
''Hendaklah kalian bersikap benar / jujur, karena kebenaran itu akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu akan menyampaikan ke surga. Seseorang itu selalu berlaku benar dan berusaha mencarinya hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang suka berlaku benar.'' (Muttafaq 'Alaihi).

Barang siapa yang kebenaran tidak jelas baginya, lalu ia bersikap benar pada Allah dalam permohonannya dan bukan karena hawa nafsu dalam dirinya, maka biasanya ia diberi taufik, kalau tidak, maka Allah akan memaafkannya. Lawan dari (sifat) benar adalah dusta yang mana ia bergerak dari dalam jiwa lalu menuju lisan kemudian merusaknya, lalu dusta beralih ke anggota badan sehingga menjadi rusaklah amalannya sebagaimana ia merusak lisan dengan ucapan-ucapannya. Kedustaanpun menghiasi ucapan, amalan dan keadaannya, sehingga kerusakanpun menguwasai dirinya.

AL-MAHABBAH : Dengan cinta pada Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, kelezatan iman akan didapatkan. Nabi SAW bersabda : ''Ada tiga perkara, siapa yang terkumpul pada dirinya maka ia akan merasakan kelezatan iman. Yaitu bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, agar seseorang tidak dicintai kecuali karena Allah dan agar ia benci untuk kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya darinya sebagaimana bencinya jika dilemparkan ke dalam neraka.'' (Muttafaq 'Alaihi).

Jika pohon keimanan telah tertanam dalam hati kemudian disirami dengan air keikhlasan dan mencontoh Nabi SAW, maka hal itu akan membuahkan berbagai macam buah pada setiap musim dengan seizin Rabbnya.

ADA  EMPAT  JENIS  MAHABBAH  

  1. Mahabbatullah ( cinta pada Allah ), inilah pokok dari keimanan.
  2. Cinta dan benci karena Allah. Hukumnya adalah wajib.
  3. Cinta bersama Allah, ini sama artinya dengan menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam cinta yang wajib, seperti cintanya orang-orang musyrik pada tuhan-tuhan mereka. Ini adalah pokok dari kesyirikan.
  4. Cinta yang alami, seperti cinta pada kedua orang tua, anak dan makanan. Ini adalah diperbolehkan. Jika anda ingin dicintai Allah, maka zuhudlah di dunia.   

Nabi SAW bersabda : ''Zuhudlah di dunia, Allah akan mencintaimu.'' ( H.R Ibnu Majah ).  

TAWAKAL : Yaitu sikap hati yang berserah dan bergantung pada Allah untuk mendapatkan segala yang diinginkan serta menolak apa yang tidak diinginkan disertai dengan sikap bergantung pada Allah dan melakukan sebab-sebab yang disyareatkan. Hati yang hampa dari kebergantungan ( pada Allah ) adalah merupakan celaan terhadap tauhid. Sebaliknya, tidak melakukan usaha menunjukkan kelemahan dan kurang akal. Tawakkal waktunya adalah sebelum melakukan perbuatan. Tawakal adalah buah dari keyakinan.

JENIS  TAWAKAL  ADA  TIGA

  1. WAJIB : Yaitu tawakal pada Allah dalam hal yang tidak mampu kecuali Allah. Seperti kesembuhan orang yang sakit.
  2. HARAM : Ada dua, (a) Syirik Besar, yaitu bergantung penuh pada sebab / usaha. Dengan anggapan usaha itulah yang mendatangkan kemanfaatan atau menolak kemudharatan (b) Syirik Kecil, seperti bergantung pada seseorang dalam masalah rizki, tanpa ada keyakinan bahwa ia dapat memberikan pengaruh, akan tetapi bergantung padanya melebihi keyakinan bahwa ia hanya sekedar sebab.
  3. DIPERBOLEHKAN : Yaitu jika ia mewakilkan pada seseorang lalu ia bergantung padanya dalam perkara yang ia mampu seperti jual beli. Akan tetapi tidak dibenarkan jika ia mengatakan : Aku bertawakal pada Allah lalu kepadamu, tapi hendaknya ia mengatakan ''aku mewakilkan padamu.''     

SYUKUR : Tampaknya bekas kenikmatan Ilahi pada seorang hamba dalam hati, diiringi dengan pujian lisan dan ibadah anggota badan. Syukur adalah tujuan sedangkan sabar adalah jalan yang mengantarkan pada ( amalan ) lainnya. Syukur dilakukan dengan hati, lisan dan anggota badan. Makna syukur adalah mempergunakan kenikmatan sebagai sarana ketaatan pada Allah.  

SABAR : Artinya tidak mengadukan apa yang diderita pada selain Allah dan hanya menyerahkannya pada-Nya. Allah berfirman : ''Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.'' (Q.S Az-Zumar : 10).

Nabi SAW bersabda : ''Barang siapa yang berusaha untuk sabar, maka Allah akan memberikan kesabaran padanya. Tidaklah seseorang itu diberi anugrah yang lebih baik dan lebih luas dari kesabaran.'' (Muttafaq 'Alaihi).  

Umar ra berkata : Tidaklah aku mendapatkan cobaan, melainkan padanya terdapat empat nikmat Allah. Yaitu musibah itu tidak berkaitan dengan agamaku. Cobaan itu tidak lebih besar. Aku tidak terhalangi untuk ridha dengannya dan aku mengharapkan pahala atasnya.''    

SABAR  ADA  BEBERAPA  DERAJAT  

  1. Yang Paling Rendah : Tidak mengeluh tapi diiringi dengan kebencian.
  2. Tingkatan Pertengahan : Yaitu tidak mengeluh diiringi sikap ridha.
  3. Tingkatan Paling Tinggi Adalah : Memuji Allah atas musibah yang menimpa.   

Barang siapa yang didzalimi, lalu ia mendoakan (keburukan) atas orang yang mendzaliminya, maka berarti ia telah membela dirinya dan telah mengambil haknya dan ia tidak bersabar.  

SABAR  ADA  DUA  

  1. Jasmani, bukanlah ini yang kami bicarakan.
  2. Jiwa : ( yaitu sabar ) atas hawa nafsu.      

SEGALA YANG DIALAMI HAMBA DI DUNIA INI TIDAK KELUAR DARI DUA HAL  

  1. Apa yang cocok dengan hawa nafsu, maka membutuhkan kesabaran dalam menunaikan hak Allah yaitu syukur dan tidak menggunakan sedikitpun untuk bermaksiat pada Allah.
  2. Menyelisihi hawa nafsu.    
 MENYELISIHI  HAWA  NAFSU  ADA  TIGA  

  1. Sabar dalam ketaatan pada Allah. Yang wajib dalam hal ini adalah melakukan apa yang diwajibkan dan yang disunahkan adalah melakukan apa yang disunahkan.
  2. Sabar dari bermaksiat pada Allah. Yang wajib dalam hal ini adalah meninggalkan apa yang diharamkan dan yang disunahkan adalah meninggalkan apa yang dimakruhkan.
  3. Sabar dalam menghadapi musibah. Yang wajib adalah menahan lisan dari keluh kesah, menahan hati dari tidak setuju dan kemarahan dengan takdir Allah serta menahan badan dari mempergunakannya pada selain apa yang mendatangkan keridhaan Allah seperti ratapan, menyobek pakaian, menampar pipi dan lain-lain sebagainya.   

Yang disunahkan adalah keridhaan hati terhadap apa yang ditakdirkan Allah. - Mana yang lebih utama, orang kaya yang bersyukur atau orang yang miskin yang sabar? Jika orang yang kaya menggunakan hartanya dalam ketaatan atau menyimpannya untuk itu, maka ia lebih utama dari orang yang miskin. Jika ia lebih banyak menggunakan hartanya dalam hal yang mubah, maka orang yang fakir lebih utama.

Nabi SAW bersabda : ''Orang yang memberi makan dan bersyukur adalah seperti orang yang berpuasa dan bersabar.'' ( H.R Ahmad ).  

RIDHA : Yaitu merasa cukup dengan sesuatu. Waktunya adalah setelah terjadinya suatu perkara / perbuatan. Ridha dengan qadha / ketentuan Allah adalah termasuk derajat tertinggi orang-orang yang didekatkan ( pada Allah ). Ridha adalah buah dari rasa cinta dan tawakal. Berdoa pada Allah agar dihindarkan dari sesuatu yang tidak disukai adalah tidak bertentangan dengan ridha dengan hal itu.

KHUSYU' : Yaitu pengagungan, hancur luluhnya hati dan kehinaan. Berkata Hudzaifah ra : ''Berhati-hatilah kalian dari khusyu' yang nifak. Lalu beliau ditanya : ''Apa itu khusyu' yang nifak ?'' Beliau menjawab : ''Engkau dapatkan pada lahirnya ia tampak khusyu', padahal hatinya tidak demikian. ''Beliau berpesan juga : ''Yang pertama kali akan sirna dari urusan agama kalian adalah kekhusyu'an. Segala ibadah yang disyari'atkan padanya khusyu', maka pahalanya bergantung sejauh mana kekhusyu'annya. Seperti shalat, Nabi SAW bersabda perihal orang yang shalat bahwa tidak didapatkan dari shalatnya melainkan setengahnya, seperempatnya, seperlima, ...... sepersepuluhnya. Bahkan bisa jadi ia tidak mendapatkan apa-apa dari shalatnya karena ia sama sekali tidak khusyu'.

RAJA' : Yaitu memandang luasnya rahmat Allah. Kebalikannya adalah putus asa. Beramal dengan disertai harapan adalah lebih tinggi derajatnya dibandingkan bila disertai dengan rasa takut (semata), karena raja' akan membuahkan husnudzan ( baik sangka ) pada Allah. Allah SWT berfirman : ''Aku bergantung pada persangkaan hamba-Ku pada-Ku.''  (H.R Muslim).

RAJA'  ADA  DUA  TINGKATAN

  1. Derajat yang lebih tinggi adalah orang yang melakukan ketaatan dan mengharap pahala dari Allah. Berkata 'Aisyah ra : ''Wahai Rasulullah SAW : ''Dan orang-orang yang memberikan apa yang Telah mereka berikan, dengan hati yang takut.'' (Q.S Al-Mukminun : 60) Apakah ia adalah orang yang mencuri, berzina, meminum minuman keras dan dia takut pada Allah ? Maka Nabi SAW menjawab :''Tidak wahai putri ash-Shiddiq, tetapi mereka adalah orang-orang yang shalat, berpuasa, bersedekah, dan mereka takut jika amalan mereka tidak diterima.  ''Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.'' (Q.S Al-Mukminun : 61) (H.R Tirmidzi).
  2. Derajat yang lebih rendah adalah ''Orang yang berdosa, bertaubat dan mengharap ampunan dari Allah aja' wajalal. Adapun orang yang terus bermaksiat dan tidak mau bertaubat serta mengharapkan rahmat Allah, maka ini adalah angan-angan dan bukan sikap raja'. Jenis ini adalah tercela. Adapun jenis pertama adalah terpuji. Seorang mukmin menggabungkan antara ihsan (ketaatan) dan khasyah (rasa takut). Adapun orang munafik menggabungkan antara perbuatan buruk dan rasa aman.       
KHAUF : Yaitu kegundahan yang meliputi jiwa karena suatu hal yang dibenci.jika apa yang dibenci itu diyakini (keberadaannya) maka dinamakan khasyah. Kebalikannya adalah rasa aman. Khauf bukan lawan dari raja', bahkan merupakan motifator dengan jalan rahbah (rasa takut dari siksa Allah -pent). Adapun raja', adalah motifator dengan jalan raghbah (mengharap pahala dari Allah -pent). Sudah selayaknya menggabungkan antara mahabbah, khauf dan raja'.

Berkata Ibnul Qayyim : ''Hati dalam perjalanannya menuju Allah aja' wajalal adalah ibarat burung. Mahabbah adalah kepalanya, sedangkan raja' dan khauf adalah kedua sayapnya. Jika khauf telah menetap dalam hati, akan dapat membakar gejolak syahwat dan mengusir (pengaruh negatif -pent) dunia darinya. Khauf yang wajib adalah apa yang mendorong untuk menunaikan berbagai kewajiban dan meninggalkan apa yang diharamkan. Sedang khauf yang sunnah adalah apa yang membangkitkan untuk melakukan yang disunahkan dan meninggalkan apa yang dimakruhkan.  

KHAUF  ADA  BEBERAPA  MACAM    

  1. Rasa takut yang tersembunyi dan ketergantungan, ini adalah wajib diperuntukkan hanya untuk Allah aja' wajalal semata. Memberikannya pada selain Allah aja' wajalal adalah syirik akbar / besar, seperti rasa takut pada sesembahan orang-orang musyrik karena akan memberikan kemudharatan atau menimpakan sesuatu yang tidak disukai.
  2. Rasa takut yang diharamkan, yaitu meninggalkan apa yang wajib atau melakukan apa yang diharamkan karena takut dari manusia.
  3. Rasa takut yang diperbolehkan, seperti takut yang alami, dari srigala dan lain-lain.    

ZUHUD : Yaitu berpindahnya keinginan dari suatu hal pada apa yang lebih baik darinya. Zuhud di dunia akan memberikan kenyamanan pada hati dan badan. Sebaliknya keinginan pada dunia akan mendatangkan kegundahan dan kesedihan. Cinta pada dunia adalah pokok segala kesalahan. Sebaliknya kebencian padanya adalah sebab segala ketaatan. Zuhud di dunia yaitu dengan mengeluarkan dunia dari hati dan bukan berarti memisahkan dunia dari diri anda dengan disertai kebergantungan hati padanya. Ini adalah zuhudnya orang-orang yang jahil. Nabi SAW bersabda : ''Sebaik-baik harta yang sholeh adalah jika dimiliki oleh orang yang sholeh.'' (H.R Ahmad).    

KEADAAN  ORANG  FAKIR  TERHADAP  HARTA  ADA  LIMA   

  1. Ia berpaling dari harta karena kebencian dan kekhawatiran dari keburukan atau tersibukkan dengannya. Orang semacam ini dinamakan zahid / orang yang zuhud.
  2. Tidak senang ketika mendapatkan harta dan tidak menjadikannya benci yang dapat menjadikannya terganggu olehnya. Ia adalah orang yang ridha.
  3. Keberadaan harta lebih ia cintai dari ketiadaannya, karena keinginannya terhadap harta. Akan tetapi hal tersebut tidak sampai menjadikannya berusaha mencarinya, bahkan jika harta mendatanginya ia merasa gembira, dan jika ia harus bersusah payah dalam mencarinya, maka hal itu tidaklah sampai menyibukkannya. Ini adalah orang yang qana'ah.
  4. Meninggalkan harta adalah karena ketidakmampuan dalam mencarinya. Sebenarnya ia ingin untuk mendapatkannya, meski dengan jalan bersusah payah. Ia dinamakan orang yang harish.
  5. Ia terpaksa dalam mencari harta seperti orang yang lapar dan orang yang tidak berpakaian. Orang semacam ini dinamakan orang yang terpaksa.


Artikel Blog Iswanda Lainnya :

Copyright © 2015 Blog Iswanda | Design by Bamz