Blog Iswanda Mengabarkan Seputar Berita Islam, Artis, Manfaat Khasiat dan Lain Sebagainya

TIGA RAHASIA SAINS DI BALIK TAHAJUD

Artikel terkait : TIGA RAHASIA SAINS DI BALIK TAHAJUD

Tiga Rahasia Sains di Balik Tahajud

Muslimah shalat Tahajud.    (ilustrasi)
Muslimah shalat Tahajud. 

Pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang yang melakukan meditasi dan relaksasi.

Jika kita pernah mendengar lirik lagu Tombo Ati yang didendangkan budayawan kondang Emha Ainun Nadjib bersama kelompok musik Kiai Kanjeng, tahajud disebut sebagai salah satu pengobat hati. Sebab shalat sunah yang ditunaikan di keheningan malam itu, mengantarkan orang yang menunaikannya menjadi lebih dekat dengan Allah. Hati yang dekat dengan Tuhannya adalah hati yang damai.

Orang yang rindu tahajud adalah orang yang mempunyai kadar keikhlasan lebih. Ia rela untuk menghentikan kelelapan tidurnya dan bersimpuh pada Khaliknya. Alquran memuji mereka dengan menyebutnya sebagai orang-orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat peraduannya.

Tahajud diketahui sebagai ibadah yang ditunaikan pada malam hari, saat setiap orang mengistirahatkan tubuhnya dari kelelahan aktivitas di siang hari. Banyak kalangan menyatakan bahwa idealnya masa tidur di malam hari adalah enam hingga delapan jam. Tidur di malam hari akan memberikan energi baru bagi seseorang untuk melakukan aktivitasnya di pagi hingga siang hari.

Namun kemudian muncul sebuah pendapat lain dari seorang ilmuwan bernama Ray Meddis. Ia menyatakan bahwa masa tidur yang sempurna hanyalah tiga hingga empat jam. Seseorang akan mengalami deep sleep sekitar tiga hingga empat jama saja. Tentu seorang Muslim mampu memanfaatkan sisa masa tidur itu untuk memadu cinta dengan Tuhannya, melalui shalat tahajud.

''Bangunlah untuk sembahyang di malam hari kecuali sedikit daripadanya. Yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran dengan perlahan-lahan''. (Al-Muzammil [73]: 2-4). Seorang ilmuwan Muslim asal Mesir, Fadhlalla Haeri, menyatakan bahwa ayat tersebut memberikan panduan bagi Muslim untuk mencapai keseimbangan. Di sisa masa istirahatnya, tiga jam masa efektif tidur malam, maka ia pun mestinya bangun untuk menjalankan aktivitas yang bermanfaat. Dan bangun di waktu malam itu adalah salah satu aktivitas yang memberikan manfaat. Berikut tiga rahasia sains di balik shalat tahajud.  

Sebagai Relaksasi

Pada saat manusia bangun di dini hari, energi di dalam tubuh seseorang berada dalam kondisi rendah. Selain itu, medan refleksi juga begitu bersih. Dalam tradisi India, kondisi seperti itu disebut sebagai tahap pembentukan kesadaran, yang terjadi pada titik energi ketujuh atau cakra mahkota. Dampaknya, akan meningkatkan intuisi seseorang dan kesadaran diri untuk mampu mengendalikan emosi negatif.

Menurut Haeri, pada saat seseorang menggelar sajadah untuk menunaikan shalat tahajud, ia berada dalam kondisi layaknya orang melakukan meditasi dan relaksasi atas kelenjar pineal. Ini akan menspiritualkan intelektual seseorang disertai dengan kemampuan personal untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah serta menjalin hubungan yang harmonis dengan sesamanya. 

Puncak Produksi Hormon Melatonin

Tak hanya itu, pada saat matahari terbenam, kelenjar pineal mulai bekerja dan memproduksi hormon melatonin dalam jumlah besar dan mencapai puncaknya pada pukul 02.00 hingga 03.00 dinihari. Hormon inilah yang kemudian menghasilkan turunan asam amino trytophan dalam jumlah besar pula. Dan tahajud menjadi sarana untuk mempertahankan melatonin dalam jumlah yang stabil.

Selanjutnya melatonin ini akan membentuk sistem kekebalan dalam tubuh dan membatasi gerak pemicu tumor seperti estrogen. Haeri mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak melatonin yang ada di dalam tubuh berjumlah 120 picogram namun kemudian jumlahnya semakin menurun pada saat seseorang berusia 20-30 tahun.

Selain secara alami berkurang, jumlah melatonin berkurang akibat adanya pengaruh eksternal. Di antara penyebabnya adalah tidur larut karena begadang, medan elektromagnetik, serta polutan kimia seperti pestisida yang pada akhirnya menyebabkan penyakit tekanan darah tinggi dan sakit kepala. Pada suatu titik, bahkan akan menyebabkan turunnya sistem kekebalan tubuh.

Kafein yang terkandung di dalam kopi, teh hitam, dan soda tertentu juga akan menyebabkan kemampuan antioksidan melatonin berkurang, yang akan membahayakan sel-sel tubuh pada saat seseorang terjaga. Dengan demikian, kata Haeri, yang harus menjadi perhatian adalah bukan kuantitas tidur seseorang untuk memberikan kebugaran pada tubuh, tapi justru kualitas tidur. Tiga jam adalah waktu yang cukup untuk itu. 

Mengundang Oksigen

Tahajud tak hanya memberikan pengaruh pada kondisi melatonin. Gerakan ibadah di sepertiga malam terakhir ini juga memberikan pengaruh tertentu pada tubuh. Paling tidak, pada saat berdiri tegak dan mengangkat takbir secara tidak langsung akan membuat rongga toraks dalam paru-paru membesar. Ini akan menyebabkan banyak oksigen yang masuk ke dalamnya.

Ada kesegaran yang dirasakan ketika seseorang dapat menghirup udara segar ke dalam paru-parunya di keheningan malam itu. Pada saat sujud, seluruh berat dan daya badan dipindahkan sepenuhnya pada otot tangan, kaki, dada, perut, leher, dan jari kaki. Proses ini berulang-ulang sehingga berapa rakaat kita mengerjakan tahajud.

Setelah oksigen masuk ke dalam paru-paru ia akan diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar karena adanya pergerakan otot selama rukuk dan sujud. Selain itu, dalam shalat seseorang juga melakukan gerakan duduk di antara dua sujud dan tahiyyat yang menyebabkan adanya gerakan tumit, pangkal paha, jari tangan, jari-jari kaki, dan lain-lain. Ini juga akan menyebabkan lancarnya peredaran oksigen.

Artikel Blog Iswanda Lainnya :

Copyright © 2015 Blog Iswanda | Design by Bamz